JABAR EKSPRES - Cimahi, 17 Agustus 2025 - Langkah kakinya teratur, wajahnya tegang, namun matanya berbinar penuh semangat. Di tengah lapangan Rajawali HUT ke-80 Republik Indonesia di Kota Cimahi, Aisya Syita, menapaki momen bersejarah dalam hidupnya yaitu membawa baki Sang Saka Merah Putih langsung di hadapan Wali Kota Cimahi, Ngatiyana.
Gadis berusia 16 tahun itu tidak pernah menyangka, dirinya yang hanya satu dari ratusan pelajar di Kota Cimahi, akhirnya terpilih menjadi bagian dari 40 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun 2025.
Dari total 262 peserta yang mengikuti seleksi, namanya muncul sebagai salah satu yang berhak mengibarkan bendera pusaka di hari kemerdekaan.
“Pesan dan kesan saya, pertama cukup menegangkan ya, karena khawatirnya tuh langsung tegang begitu,” ucap Aisya lirih usai menjalani tugas penurunan bendera, Minggu (17/8/25).
Perjalanan panjang menuju panggung kehormatan itu bukan tanpa pengorbanan. Sejak Juli hingga Agustus, ia menjalani latihan intensif setiap minggu. Waktu bermain, waktu istirahat, bahkan kebersamaan dengan keluarga harus ia kurangi. Semua itu dijalani dengan satu tekad, berhasil menunaikan tugas mulia.
“Seleksinya lumayan susah, terus udah nggak nyangka juga. Latihannya sekitar satu bulan, dari Juli sampai Agustus, lumayan berat,” tutur Aisya dengan nada bergetar.
Di balik rasa gugupnya, siswi SMAN 2 Cimahi mengungkapkan ada kebanggaan yang tak bisa ia sembunyikan. Saat ditanya bagaimana perasaan orang tua, ia hanya tersenyum malu.
“Orang tua bangga banget. Seneng juga. Tantangannya banyak, tapi semua terbayar,” katanya singkat.
Bagi Aisya, Paskibraka bukan sekadar barisan seragam putih dengan langkah tegap. Ia adalah sekolah kehidupan, tempat ditempa untuk disiplin, kebersamaan, dan tanggung jawab.
“Dari waktu pertama seleksi sampai akhirnya terpilih, perjuangannya panjang banget. Tapi di situ saya belajar arti semangat dan kerja keras,” ujarnya.
Kebanggaan itu juga dirasakan oleh Direktur Latihan Paskibraka Cimahi 2025, Muhammad Rimas Faizi, yang menyebut para anggota tahun ini adalah hasil seleksi ketat.
“Dari 262 pendaftar, hanya 40 orang yang terpilih. Dua di antaranya mewakili Cimahi ke tingkat Jawa Barat. Mereka adalah siswa terbaik dari SMA, SMK, MA, bahkan pesantren,” jelasnya.
Ia mengakui, tantangan terbesar bukan hanya pada fisik, tetapi menyatukan pola pikir para anggota yang datang dari sekolah berbeda.
“Awalnya mereka punya ego masing-masing, pengetahuan yang berbeda-beda. Tantangannya adalah menyatukan mereka menjadi satu tim. Tapi pada akhirnya mereka berhasil, dan itu membuat saya bangga,” kata Rimas.
Rimas juga menilai perayaan HUT RI ke-80 di Cimahi berlangsung megah dan penuh pembaruan. Momentum ini sekaligus menandai urgensi regenerasi Paskibraka sebagai bagian penting dari pendidikan karakter generasi muda.
Dari seleksi hingga bertugas, setiap anggota ditempa untuk disiplin, tangguh, serta mampu menumbuhkan rasa nasionalisme yang kokoh di tengah dinamika zaman.
“Menurut saya, perayaannya tahun ini sangat baik dan megah. Ada banyak hal yang diperbarui, dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami semua,” tutupnya.
Sumber : https://jabarekspres.com/berita/2025/08/17/dari-gugup-hingga-bangga-kisah-aisya-syita-menjadi-pembawa-baki-sang-saka-merah-putih-di-cimah/2/